Langsung ke konten utama

Tulisan


Sekarang aku paham betul, mengapa banyak penulis hidup sendirian.
Tulisan tulisan hebat timbul dari pemikiran dan malam yang bijaksana, tumbuh dan berkembang diluar nalar rasa manusia.
Beberapa penikmat nya terkejut dengan tulisan yang menampar, menyentuh dan mencintainya sekaligus.
Bukan menggeneralisir, contoh saja enid blyton, agatha christie hingga ika natassa.
Pemikiran hebat nya tentang rasa atau fantasi memang memukau, diluar nalar dan diluar kesanggupan mata untuk menahan air yang jatuh.
Pendamping hidupnya harus menjadi kuat untuk menyaksikan pemikiran mereka yang terus jatuh dan bangun, liar dan bebas.
Karna menurutku, penulis mampu melihat dari sekedar langit, melihat dari sekedar kayu atau jerapah, melihat dari sekedar seseorang yang melintas.
Ia sadar setiap bentuk atau mahluk yang diciptakan, memiliki rasa dan alasan. Memiliki senyum tangis atau kisah.
Penulis memang ajaib.
Jika guru bisa diusahakan dengan belajar,
Jika tentara bisa diusahakan dengan berlatih,
Apakah penulis bisa diusahakan dengan sesuatu? Karna sejatinya batiniah manusia adalah sesuatu yang abstrak. 
Karena itu mereka adalah profesi yang kuat.
Mereka mampu bertahan dengan pemikiran yang membunuh mereka sendiri, fantasi yang terlalu hebat dan meninggikan ekspektasi. Mereka kuat.

Sekarang aku paham, untuk sebagian atau kebanyakan orang, menulis adalah kehidupan.
Seratus empat puluh karakter di twitter, atau buku setebal apapun, kata dan huruf bertumpah ruah.
Seperti tulisan ini yang dibangun pada malam ketika semua yang tidak baik-terlalu baik menjadi gerhana.
Ingin mengatakan bahwa sejatinya penulis tulisan ini perlu pendamping yang dapat mengerti pergolakan emosi dan lonjakan batin. 
Pendamping yang akan terus bilang "hey, jangan berpikir terlalu jauh. Ada aku disini."
Lalu tersenyum.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Novel Lima Sekawan ke Sarang Penyelundup

I.           Identitas Novel Judul                      : Five go to smuggler’s top Judul Terjemahan   : Lima Sekawan ke Sarang Penyelundup Pengarang               : Enid Blyton Penerjemah             : Agus Setiadi Penerbit                 : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit          : Mei 1997 Kota Penerbit         : Jakarta Jumlah Halaman      :272 Halaman II.        Unsur Intrinsik Novel Tema                   ...

❤️

  Abi!  Terima kasih ya sudah berjuang sejauh ini. Terima kasih yaaa untuk kasih sayang yang ga pernah putus setiap hari nya, ga pernah nyerah, ga pernah capek sedikitpun, ga pernah ngeluh. Aku dengar, baca, lihat seseram dan setakut apa pernikahan itu. Tapi, kok semuanya ternyata mudah ya kalau sama abi?  Empat tahun bukan waktu yang sebentar.. lama sekali ya? Kok bisa setiap hari abi ga pernah gak mau untuk lihat kayi, ga pernah ga mau untuk denger cerita kayi, selanjutnyaa kita lanjutkan di tahun tahun berikutnya sampai kita mati. tapi mau bareng aja deh, gimana kalau ngga ada aa :(  Cinta yang katanya una ini sedih capek ribet blablabla itu aku udah ga kenal, udah lupa rasanya kalau katanya capek. soalnya sama abi ngga... rasanya abi dan kayi itu udah satu tubuh, udah satu pikiran, satu hati, semuanya. Dunia ini emang jahat ya kadang-kadang bi. tapi empat tahun ini abi udah buktiin dan selalu bilang "ayolah lawan jir bareng" bener. world is cruel, its us againts ...

Mimpi yang Pupus dan Hidup

              Tidak pernah ada yang tahu, mana mimpi kita yang akan terwujud dan doa mana yang akan dikabulkan oleh Tuhan. Tidak pernah ada yang tahu, kaki kita akan berpijak kemana nantinya. Seperti saya yang juga masih tidak percaya dimana saya berpijak sekarang.               Kampus Ali Wardhana, sebuah kampus terbaik yang sangat diandalkan oleh Kementerian Keuangan Indonesia adalah impian ratusan ribu insan. Dan meskipun bukan saya salah satunya. Saya punya mimpi sebagai seorang psikolog, sebuah Perguruan Tinggi Negeri impian saya kejar mati-matian, tapi ternyata Tuhan punya rencana lain.               Mimpi saya yang pupus itu juga sempat menjatuhkan saya sejatuh-jatuhnya, dan mungkin rasa sakit hati nya pun masih membekas. Tetapi, saya tidak pernah berhenti bersyukur, seakan rencana terbaik Tuhan adalah rencana yang sangat indah untuk saya.          ...