Kita adalah sayap yang patah.
Kita adalah suara yang sayup.
Kita adalah cerita yang usai kata si sutradara.
Kita adalah pulang yang tak punya rumah.
Mengusahakan bahagia,
Mencintai senyum
Dan tawa
Meski jatuh lagi sampai berkali kali
Kita lari dan bersembunyi
Ketakutan
Menangis sendirian
Diguyur hujan
Diombang badai
Sendirian
Gelap, hingga kadang tak peduli dicaci maki
Dingin, hingga kadang tak peduli kesepian
Kita hidup sendiri-sendiri.
Sampai puas.
Sampai masa muda jadi mati.
Aku hidup diantara gemerlap pukul dua belas malam,
Kamu hidup diantara gemerlap di rumah kosong
Aku hidup diantara teriakan menteri dan staf ahli
Kamu hidup diantara teriakan ambisi sendiri
Aku hidup pukul delapan pagi, hingga terbunuh pukul lima sore
Kamu hidup sebelum fajar terbit, lalu tertampar ditengah hari
Tuhan, kita belum lelah.
Kita belum lelah.
Kita masih si penikmat kopi susu
Kita masih pembaca ulung
Kita masih kecil yang ingin cepat dewasa atau cepat terbunuh
Atau bertumbuh.
Selamat ulang tahun
Kita adalah suara yang sayup.
Kita adalah cerita yang usai kata si sutradara.
Kita adalah pulang yang tak punya rumah.
Mengusahakan bahagia,
Mencintai senyum
Dan tawa
Meski jatuh lagi sampai berkali kali
Kita lari dan bersembunyi
Ketakutan
Menangis sendirian
Diguyur hujan
Diombang badai
Sendirian
Gelap, hingga kadang tak peduli dicaci maki
Dingin, hingga kadang tak peduli kesepian
Kita hidup sendiri-sendiri.
Sampai puas.
Sampai masa muda jadi mati.
Aku hidup diantara gemerlap pukul dua belas malam,
Kamu hidup diantara gemerlap di rumah kosong
Aku hidup diantara teriakan menteri dan staf ahli
Kamu hidup diantara teriakan ambisi sendiri
Aku hidup pukul delapan pagi, hingga terbunuh pukul lima sore
Kamu hidup sebelum fajar terbit, lalu tertampar ditengah hari
Tuhan, kita belum lelah.
Kita belum lelah.
Kita masih si penikmat kopi susu
Kita masih pembaca ulung
Kita masih kecil yang ingin cepat dewasa atau cepat terbunuh
Atau bertumbuh.
Selamat ulang tahun
Komentar
Posting Komentar