Aku ingin mengenang masa ini sekali lagi, mengingat setiap rinci kejadiannya, mencoba memaknai apa yang terjadi kemarin.
Aku tahu juga, tulisan ini hanya punya satu pembaca setia, sisa nya mungkin hanya iseng mencari nama lengkapku di google, kebetulan ingat, atau hal-hal yang bukan disengaja.
Seperti tulisanku tahun 2018.
Ini adalah hari terburuk Kariza Rai Shafira sepanjang hidup.
Botol kaca bertebaran di kamar, lenganku berdarah setelah sekian lama tidak, aku melihat orang yang kucintai bahagia bersama sahabatku, atau sahabatku yang lain, puntung rokok bertebaran, aku terlempar.
Astaga.
Ini siapa?
Pagi itu aku terbangun penuh peluh, bibir kering, tangan kiri diperban dan handphone di tangan kanan ku. Tuhan? Sejauh itu kah aku?
Tiga malam sebelumnya, aku menangis sendirian pukul dua pagi dan pergi ke stasiun kereta api. Untuk apa? Tidak ada.
Aku hanya suka stasiun, bunyi kereta api, orang lalu lalang, kalangannya pun bukan yang menengah ke atas, juga wangi toko roti. Aduh tapi sayang, waktu itu pukul dua pagi.
Stasiun gelap, tidak ada suara kereta api atau wanita yang selalu sibuk memberi kabar keberangkatan di mikrofon, toko roti sudah tutup.
Aku hanya duduk di depan halte stasiun, beberapa kali diganggu oleh laki-laki yang mungkin juga kehilangan arah, selama lima menit hanya menyaksikan balapan mobil malam kamis.
Akhirnya, aku melempar diriku ke taksi. Lalu bilang "kemana aja pak, bawa muter-muter ya?"
Di malam itu aku punya pikiran bahwa tidak ada yang bisa kulakukan, entah maju atau mundur, entah bertahan atau diam. Semuanya salah.
Semuanya jelas.
Aku dan sahabatku, jatuh cinta pada orang yang sama.
Komentar
Posting Komentar