Langsung ke konten utama

Akan Menjawab Apa?

Seseorang memberimu sebuah pena, sebuah pena abu dan tertutup. Apa yang akan kau lakukan?
            Kau tak pernah tahu isi dari tinta harapan itu, apakah satu-satunya harapan itu sudah mengering begitu lama?  Atau hingga kau berhasil membuat satu kalimat, usahamu sia-sia? Atau hingga kau berhasil membuat mahakarya atau bahkan beberapa mahakarya?
            Apakah kau berani mengambil resiko itu? Apakah kau ingin tahu kekuatan dari berapa banyaknya tinta itu? Sayangnya, kau tidak akan tahu ketika kau belum memulainya.
            Ketika motivasi datang dari seluruh penjuru hatimu, bahkan  dari sudut yang tidak terjangkau indra, kau bahkan belum memutuskan untuk memulainya. Tapi, kau ingin tahu bukan? Sebentar, apakah kau akan menyuruh orang lain untuk mencari tahu akan banyaknya tinta itu? Sayangnya, tidak ada  yang bisa menggantikan hal itu selain dirimu sendiri
            Ketika kau benar-benar memutuskan untuk memulainya, apa yang akan kau lakukan dengan pena itu? Bagaimana jemari anda akan menari diatas selembar kertas yang akan menciptakan sesuatu yang menakjubkan atau bahkan biasa-biasa saja? Bagaimana kau akan melakukan permainan ini?
            Tapi, apa yang sebenarnya yang ingin kau tulis, apakah kau ingin membuat sebuah susunan rencana dari A-Z, atau kau hanya perlu membuat konsep singkat, yang beresiko? Sayangnya, kau harus cepat membuat keputusan, sebelum tinta nya benar-benar mulai mengering atau bahkan benar-benar sudah mengering.
            Saat rencana yang kau pikirkan terlalu rumit, apakah rencana itu akan selalu berjalan seperti yang kau inginkan? Saking terlalu rumitnya, membuat anda sendiri bingung dan bahkan tidak ingin menulis sama sekali? Apakah anda harus memulai segalanya dari nol, agar segalanya sempurna? Putar balik, apakah k
au bisa membuat nya menjadi sempurna?
            Apakah kau akan membuat suatu tulisan, coretan atau hanya menggambar? Tampak sepele, tapi bahkan segalanya masih butuh pemikiran yang matang.
            Ketika kau mulai menulis, tinta hanya menghasilkan coretan hitam. Apakah kau akan menambahkan warna yang lain, agar lebih menarik? Atau kau sudah puas dengan hitam, yang mungkin kau yakin bisa menciptakan sesuatu yang fantastis?
            Ataukah kau akan terhanyut dalam tulisan anda sendiri, hingga akan memegang pena itu dan terus bermain dengan arus tinta dan melupakkan yang ada di sekeliling dirimu?
            Apakah goresan itu akan menakjubkan? Lugu, tegas dan mantap? Ragu-ragu dan penuh khayalan dan imajinasi?
            Dan apa yang hendak kau tulis? Tentang Percintaan? Kepedulian? Persahabatan? Pertemanan? Kesengsaraan? Mimpi? Hidup? Kematian? Atau tentang segalanya? Atau lebih dari segalanya?
            Nah, apakah tulisan itu kau ciptakan dengan tenaga, pikiran dan hati ini, hanya untuk dirimu sendiri? Atau untuk
orang lain? Bahkan menyenangkan orang lain? Atau sebaliknya, menyakiti orang lain? Apakah kau akan tetap peduli? Atau sebenarnya apakah akan ada seseorang yang benar-benar membaca dan mengerti?
            Banyak yang perlu dipikirkan bukan?

Nah, seandainya seseorang tidak memberimu sebuah pena, tapi Kehidupan.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis Novel Lima Sekawan ke Sarang Penyelundup

I.           Identitas Novel Judul                      : Five go to smuggler’s top Judul Terjemahan   : Lima Sekawan ke Sarang Penyelundup Pengarang               : Enid Blyton Penerjemah             : Agus Setiadi Penerbit                 : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit          : Mei 1997 Kota Penerbit         : Jakarta Jumlah Halaman      :272 Halaman II.        Unsur Intrinsik Novel Tema                   ...

❤️

  Abi!  Terima kasih ya sudah berjuang sejauh ini. Terima kasih yaaa untuk kasih sayang yang ga pernah putus setiap hari nya, ga pernah nyerah, ga pernah capek sedikitpun, ga pernah ngeluh. Aku dengar, baca, lihat seseram dan setakut apa pernikahan itu. Tapi, kok semuanya ternyata mudah ya kalau sama abi?  Empat tahun bukan waktu yang sebentar.. lama sekali ya? Kok bisa setiap hari abi ga pernah gak mau untuk lihat kayi, ga pernah ga mau untuk denger cerita kayi, selanjutnyaa kita lanjutkan di tahun tahun berikutnya sampai kita mati. tapi mau bareng aja deh, gimana kalau ngga ada aa :(  Cinta yang katanya una ini sedih capek ribet blablabla itu aku udah ga kenal, udah lupa rasanya kalau katanya capek. soalnya sama abi ngga... rasanya abi dan kayi itu udah satu tubuh, udah satu pikiran, satu hati, semuanya. Dunia ini emang jahat ya kadang-kadang bi. tapi empat tahun ini abi udah buktiin dan selalu bilang "ayolah lawan jir bareng" bener. world is cruel, its us againts ...

Mimpi yang Pupus dan Hidup

              Tidak pernah ada yang tahu, mana mimpi kita yang akan terwujud dan doa mana yang akan dikabulkan oleh Tuhan. Tidak pernah ada yang tahu, kaki kita akan berpijak kemana nantinya. Seperti saya yang juga masih tidak percaya dimana saya berpijak sekarang.               Kampus Ali Wardhana, sebuah kampus terbaik yang sangat diandalkan oleh Kementerian Keuangan Indonesia adalah impian ratusan ribu insan. Dan meskipun bukan saya salah satunya. Saya punya mimpi sebagai seorang psikolog, sebuah Perguruan Tinggi Negeri impian saya kejar mati-matian, tapi ternyata Tuhan punya rencana lain.               Mimpi saya yang pupus itu juga sempat menjatuhkan saya sejatuh-jatuhnya, dan mungkin rasa sakit hati nya pun masih membekas. Tetapi, saya tidak pernah berhenti bersyukur, seakan rencana terbaik Tuhan adalah rencana yang sangat indah untuk saya.          ...