Ini adalah percakapan tengah malam antara teman satu kostan saya di tengah malam. Kami berasal dari Sekolah Menengah Atas yang sama, berasal dari kota yang sama dan bahasa yang sama menjadikan dia adalah 'tempat berpulang' sejenak dari perantauan.
Kami memiliki kisah yang bisa dibilang sama. Sama-sama memiliki cita-cita yang kandas (atau mungkin tertunda), sempat memiliki pilihan hidup yang sangat sulit untuk dipilih (karena tadinya bukan sebuah pilihan) dan akhirnya terjebak disini, kampus yang sama dan tempat yang sama.
Senangnya bisa berbagi meskipun kami saling tidak memberikan solusi, tapi setidaknya ada yang mendengar dan memiliki nasib seperti saya. Cita-cita kami untuk menuntut ilmu di tanah kelahiran kami kandas, membuat kita tidak percaya dimana kita berada sekarang. Seperti lingkungan saja tidak cukup mengingatkan bahwa mimpi yang dulu sering kami semogakan itu telah pergi dan doa-doa yang kami panjatkan tidak terkabul (atau belum).
Baik saya maupun teman saya, telah sangat percaya diri bisa diterima di kampus impian kami masing-masing, setiap try out dan latihan dapat kami lewati dengan kata "Lulus", setiap doa telah dipanjatkan setiap malam, juga dukungan penuh dari orang-orang yang semakin mendorong saya dan teman saya meraih impian itu.
Tapi apa yang terjadi?
Semua rencana kami gagal, semua rencana hidup kami telah berubah total seribu persen. Tuhan tidak mengizinkan, Tuhan belum mengizinkan. Memang rencana Tuhan lah yang sangat istimewa, kadang sesuatu yang pasti tidak selalu dapat dipastikan. Tidak pernah dapat dipastikan.
Yang kami lakukan dengan takdir kami yang ada adalah, merencanakan hal baru, merencanakan dan membentuk mimpi kami yang baru, mungkin yang lebih tepat adalah beradaptasi dan menyesuaikan dengan apa yang kami punya sekarang.
Semoga kita saling menemukan alasan, kenapa kita ada disini ya Sal.
Kami memiliki kisah yang bisa dibilang sama. Sama-sama memiliki cita-cita yang kandas (atau mungkin tertunda), sempat memiliki pilihan hidup yang sangat sulit untuk dipilih (karena tadinya bukan sebuah pilihan) dan akhirnya terjebak disini, kampus yang sama dan tempat yang sama.
Senangnya bisa berbagi meskipun kami saling tidak memberikan solusi, tapi setidaknya ada yang mendengar dan memiliki nasib seperti saya. Cita-cita kami untuk menuntut ilmu di tanah kelahiran kami kandas, membuat kita tidak percaya dimana kita berada sekarang. Seperti lingkungan saja tidak cukup mengingatkan bahwa mimpi yang dulu sering kami semogakan itu telah pergi dan doa-doa yang kami panjatkan tidak terkabul (atau belum).
Baik saya maupun teman saya, telah sangat percaya diri bisa diterima di kampus impian kami masing-masing, setiap try out dan latihan dapat kami lewati dengan kata "Lulus", setiap doa telah dipanjatkan setiap malam, juga dukungan penuh dari orang-orang yang semakin mendorong saya dan teman saya meraih impian itu.
Tapi apa yang terjadi?
Semua rencana kami gagal, semua rencana hidup kami telah berubah total seribu persen. Tuhan tidak mengizinkan, Tuhan belum mengizinkan. Memang rencana Tuhan lah yang sangat istimewa, kadang sesuatu yang pasti tidak selalu dapat dipastikan. Tidak pernah dapat dipastikan.
Yang kami lakukan dengan takdir kami yang ada adalah, merencanakan hal baru, merencanakan dan membentuk mimpi kami yang baru, mungkin yang lebih tepat adalah beradaptasi dan menyesuaikan dengan apa yang kami punya sekarang.
Semoga kita saling menemukan alasan, kenapa kita ada disini ya Sal.
Komentar
Posting Komentar